Senin, 25 April 2016

Tari Sambut Sepintu Sedulang, cerminan adat istiadat masyarakat kabupaten Bangka propinsi kepulauan bangka belitung

SALAM BUDAYA

       Anda tentu pernah mendengar sekaligus juga menyaksikan tari dan music yang di gelar oleh masyarakat di suatu daerah pada saat menyambut datangnya tamu-tamu  yang di anggap istimewa oleh masyarakat daerah setempat…..
       Ya….kita mengenal Tari Gending Sriwijaya yang berasal dari sumatera selatan, Tari pasambahan dari sumatera barat dan tari persembahan dari propinsi Riau….
Kesemuanya itu memiliki cara dan karakteristik tersendiri berdasarkan adat istiadat yang berlaku di daerah masing-masing….Demikian halnya di Bangka Belitung khususnya di daerah kabupaten Bangka…..
Di kabupaten Bangka, Tari ini di kenal masyarakatnya dengan nama “Tari Sambut Sepintu Sedulang”
Jika di lihat dari idiom-idiom dan symbol-symbol yang tercermin, baik melalui gerakan Tarinya maupun alunan dan syair musiknya, Tari Sambut Sepintu Sedulang tidak hanya telah mewakili negeri sepintu sedulang namun juga dapat di jadikan sebagai ”cerminan adat istiadat masyarakat propinsi kepulauan bangkabelitung”……………

Semula Tari Sambut Sepintu Sedulang di ciptakan oleh seniman kelahiran pangkalpinang yang kini berusia 68 tahun yakni Mukhtar Accros untuk kepentingan gelar acara pernikahan Putri Bupati Bangka yang kala itu di jabat oleh djarap  , namun seiring berjalannya waktu, inspirasi Muchtar Acros bersama seniman lainnya,diantaranya Parlind Hutagalung, Murmahudi serta budayawan Samsi dan Almarhumah Ermanila Hamid, kala itu pun berkembang……

Di dasari oleh pemikiran bahwa masyarakat Bangka adalah masyarakat yang berbudaya, tari sambut sepintu sedulang yang mencerminkan adat istiadat masyarakat Bangka yang ramah tamah, sopan santun,  gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap siapa saja, khususnya  tamu  istimewa yang datang berkunjung ke negeri sepintu sedulang semakin di paten kan dan di perkenalkan kepada masyarakat luas termasuk sering kali di tampilkan pada saat menyambut tetamu agung Mulai dari Presiden,menteri dan tamu tamu yang di anggap istimewa lainnya baik yang berasal dari luar maupun dari dalam daerah.

Tidak hanya itu. Tari Sambut sepintu sedulang juga di perkenalkan hingga ke negeri sriwijaya Palembang sumatera selatan, Tepat  pada tanggal 10 juli  tahun 1985, saat sumatera selatan masih berkuasa atas pulau Timah ini, Tari Sambut sepintu sedulang di persiapkan untuk mengikuti even seni ke tingkat propinsi sumatera selatan di Palembang yang di gelar pada tanggal 20 juli 1985…..

Dan sejak itulah , masyarakat baik di dalam maupun di luar daerah bangka semakin mengenal tari sambut sepintu sedulang sebagai tari tradisi penyambutan tetamu agung yang ada di kabupaten Bangka, bahkan saat ini hampir seluruh komunitas seni yang ada khususnya di pulau Bangka mempelajari dan menampilkan tari sambut sepintu sedulang ketika mereka di percayakan menyambut tamu agung yang datang melalui upacara penyambutan di bandara depati amir pangkalpinang maupun di tempat-tempat lainnya….

      Tari sambut sepintu sedulang, setiap ragam gerak dan syair musiknya masing-masing memiliki arti tersendiri, seperti yang di jelaskan Sang Koreografer Muchtar Accros…..di awali dari gerak silat yang di lakukan oleh 2 hingga 4 orang dengan bersenjatakan tombak atau menggunakan parang merupakan bentuk kesigapan dan tanggung jawab masyarakat Bangka yang akan selalu melindungi, memberi rasa aman kepada siapa saja yang datang berkunjung ke pulau Bangka,sedangkan dalam gerak tarinya yang gemulai namun tegas mencerminkan keanggunan dan keramah tamahan gadis-gadis Bangka serta kegagahan pemuda-pemuda bangka sebagai wujud penghormatan kepada para tamu yang datang berkunjung kepulau Bangka,tidak hanya idiom-idiom tersebut, sejumlah symbol-simbol adat istiadat dan tradisi yang berlaku di tengah masyarakat Bangka  pun di tampilkan dalam ragam gerak  tari sambut sepintu sedulang maupun property serta busana yang di tampilkan diantaranya persembahan sekapur sirih yang di letakkan di kedalam tepak, tabur kembang rampai dan beras kunyit yang di letakkan di dalam bokor yang di bawa oleh penari wanita yang berkostum pengantin paksian berwarna merah dan ungu serta tudung dulang dan paying lilin yang di bawa oleh penari pria yang berkostum telok balanga, sebagai wujud penghormatan masyarakat Bangka yang senantiasa akan selalu memberikan yang terbaik kepada para tamu yang datang berkunjung……

Sementara itu pencipta lagu berjudul sepintu sedulang yang merupakan lagu pengiring tari sambut sepintu sedulang Parlind Hutagalung mengaku proses penciptaan lagu tersebut  sedikit di rasakan lebih sulit di bandingkan karya cipta lagu yang lainnya yang pernah ia ciptakan, hal itu di karenakan harus terlebih dahulu menyesuaikan dengan gerak tarinya sehingga tercipta keharmonisan dan singkronisasi antara syair lagu dan gerak tarinya, namun berkat kerja keras dan ketelitian para seniman dan budayawan yang terlibat dalam proses penggarapan mahakarya tersebut, syair dan nada lagu sepintu sedulang yang di ciptakannya mampu menghadirkan suasana  sakral dan penuh ke agungan pada saat tari sambut sepintu sedulang di tampilkan....

Jika di lihat dari gerak maupun ketika mendengar tabuhan gendang dan gesekan  biola serta accordion yang mendayu namun  tegas, music pengiring tari sambut sepintu sedulang sangat dekat dengan nuansa music tradisional Bangka Belitung yakni music dambus,unsur pola gendang Bangka anak enduk yang saling bersahutan satu sama lainnya sangat terasa dalam komposisi percusinya yang terdiri dari gendang Bangka,gong,tamborin serta 2 buah kenong, hal itu juga selaras dengan langkah gerak tari sambut sepintu sedulang yang syarat dengan unsur langka gerak tari dincak dambus…..

Penata music tari sambut sepintu sedulang seorang seniman sekaligus juga abdi Negara yang kini duduk di pemerintahan sebagai kepala bagian administrasi sumber daya alam skretariat daerah kabupaten bangka Murmahudi,spdi menjelaskan dalam proses penataan baik tari maupun musiknya, unsur kedaerahan dan kearifan local yang ada di pulau Bangka memang di kedepankan,selain sebagai bentuk penghargaan kepada nenenk moyang terdahulu yang telah mewariskan mahakarya yang luar biasa, hal ini sekaligus bertujuan untuk menyampaikan pesan, nilai-nilai edukasi melalui karya seni tari tersebut, kepada siapa saja khususnya para generasi yang melihat dan menyaksikan maupun yang mempelajari, menarikan serta mementaskan tarian itu, adapun nilai edukasi yang di maksud yakni “tradisi budaya,adat istiadat merupakan cerminan dari masyarakat pemiliknya, untuk itu sewajarnya ia di tempatkan di posisi yang mulia bagi siapa saja yang merasa memilikinya”.

Hal ini sekaligus juga mengingatkan kita semua akan pesan yang di sampaikan oleh bapak pendiri bangsa Indonesia sang Proklamator Soekarno yang dengan tegas mengatakan “Bangsa Indonesia jangan sekali-sekali melupakan sejarah” karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya massa lalu”

Demikian pula yang di harapkan para pelaku sejarah terciptanya tari sambut sepintu sedulang baik penata tari muchtar accros, pencipta lagu parlind hutagalung dan penata music Murmahudi serta budayawan Samsi dan almarhumah Ermanila Hamid bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam mahakarya tari sambut sepintu sedulang tidak lantas di tinggalkan maupun di ubah keasliannya oleh generasi massa kini, melainkan senantiasa di pertahankan dan di jadi kan suatu kebanggaan sebagai salah satu cerminan jati diri karakteristik negeri sepintu sedulang dan negeri serumpun sebalai pada umumnya….



Selasa, 22 Mei 2012


Tari Sambut Sepintu Sedulang, cerminan adat istiadat masyarakat kabupaten Bangka propinsi kepulauan bangka belitung

SALAM BUDAYA


       Anda tentu pernah mendengar sekaligus juga menyaksikan tari dan music yang di gelar oleh masyarakat di suatu daerah pada saat menyambut datangnya tamu-tamu  yang di anggap istimewa oleh masyarakat daerah setempat…..
       Ya….kita mengenal Tari Gending Sriwijaya yang berasal dari sumatera selatan, Tari pasambahan dari sumatera barat dan tari persembahan dari propinsi Riau….
Kesemuanya itu memiliki cara dan karakteristik tersendiri berdasarkan adat istiadat yang berlaku di daerah masing-masing….Demikian halnya di Bangka Belitung khususnya di daerah kabupaten Bangka…..
Di kabupaten Bangka, Tari ini di kenal masyarakatnya dengan nama “Tari Sambut Sepintu Sedulang”
Jika di lihat dari idiom-idiom dan symbol-symbol yang tercermin, baik melalui gerakan Tarinya maupun alunan dan syair musiknya, Tari Sambut Sepintu Sedulang tidak hanya telah mewakili negeri sepintu sedulang namun juga dapat di jadikan sebagai ”cerminan adat istiadat masyarakat propinsi kepulauan bangkabelitung”……………

Semula Tari Sambut Sepintu Sedulang di ciptakan oleh seniman kelahiran pangkalpinang yang kini berusia 68 tahun yakni Mukhtar Accros untuk kepentingan gelar acara pernikahan Putri Bupati Bangka yang kala itu di jabat oleh djarap  , namun seiring berjalannya waktu, inspirasi Muchtar Acros bersama seniman lainnya,diantaranya Parlind Hutagalung, Murmahudi serta budayawan Samsi dan Almarhumah Ermanila Hamid, kala itu pun berkembang……

Di dasari oleh pemikiran bahwa masyarakat Bangka adalah masyarakat yang berbudaya, tari sambut sepintu sedulang yang mencerminkan adat istiadat masyarakat Bangka yang ramah tamah, sopan santun,  gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap siapa saja, khususnya  tamu  istimewa yang datang berkunjung ke negeri sepintu sedulang semakin di paten kan dan di perkenalkan kepada masyarakat luas termasuk sering kali di tampilkan pada saat menyambut tetamu agung Mulai dari Presiden,menteri dan tamu tamu yang di anggap istimewa lainnya baik yang berasal dari luar maupun dari dalam daerah.

Tidak hanya itu. Tari Sambut sepintu sedulang juga di perkenalkan hingga ke negeri sriwijaya Palembang sumatera selatan, Tepat  pada tanggal 10 juli  tahun 1985, saat sumatera selatan masih berkuasa atas pulau Timah ini, Tari Sambut sepintu sedulang di persiapkan untuk mengikuti even seni ke tingkat propinsi sumatera selatan di Palembang yang di gelar pada tanggal 20 juli 1985…..

Dan sejak itulah , masyarakat baik di dalam maupun di luar daerah bangka semakin mengenal tari sambut sepintu sedulang sebagai tari tradisi penyambutan tetamu agung yang ada di kabupaten Bangka, bahkan saat ini hampir seluruh komunitas seni yang ada khususnya di pulau Bangka mempelajari dan menampilkan tari sambut sepintu sedulang ketika mereka di percayakan menyambut tamu agung yang datang melalui upacara penyambutan di bandara depati amir pangkalpinang maupun di tempat-tempat lainnya….

      Tari sambut sepintu sedulang, setiap ragam gerak dan syair musiknya masing-masing memiliki arti tersendiri, seperti yang di jelaskan Sang Koreografer Muchtar Accros…..di awali dari gerak silat yang di lakukan oleh 2 hingga 4 orang dengan bersenjatakan tombak atau menggunakan parang merupakan bentuk kesigapan dan tanggung jawab masyarakat Bangka yang akan selalu melindungi, memberi rasa aman kepada siapa saja yang datang berkunjung ke pulau Bangka,sedangkan dalam gerak tarinya yang gemulai namun tegas mencerminkan keanggunan dan keramah tamahan gadis-gadis Bangka serta kegagahan pemuda-pemuda bangka sebagai wujud penghormatan kepada para tamu yang datang berkunjung kepulau Bangka,tidak hanya idiom-idiom tersebut, sejumlah symbol-simbol adat istiadat dan tradisi yang berlaku di tengah masyarakat Bangka  pun di tampilkan dalam ragam gerak  tari sambut sepintu sedulang maupun property serta busana yang di tampilkan diantaranya persembahan sekapur sirih yang di letakkan di kedalam tepak, tabur kembang rampai dan beras kunyit yang di letakkan di dalam bokor yang di bawa oleh penari wanita yang berkostum pengantin paksian berwarna merah dan ungu serta tudung dulang dan paying lilin yang di bawa oleh penari pria yang berkostum telok balanga, sebagai wujud penghormatan masyarakat Bangka yang senantiasa akan selalu memberikan yang terbaik kepada para tamu yang datang berkunjung……

Sementara itu pencipta lagu berjudul sepintu sedulang yang merupakan lagu pengiring tari sambut sepintu sedulang Parlind Hutagalung mengaku proses penciptaan lagu tersebut  sedikit di rasakan lebih sulit di bandingkan karya cipta lagu yang lainnya yang pernah ia ciptakan, hal itu di karenakan harus terlebih dahulu menyesuaikan dengan gerak tarinya sehingga tercipta keharmonisan dan singkronisasi antara syair lagu dan gerak tarinya, namun berkat kerja keras dan ketelitian para seniman dan budayawan yang terlibat dalam proses penggarapan mahakarya tersebut, syair dan nada lagu sepintu sedulang yang di ciptakannya mampu menghadirkan suasana  sakral dan penuh ke agungan pada saat tari sambut sepintu sedulang di tampilkan....

Jika di lihat dari gerak maupun ketika mendengar tabuhan gendang dan gesekan  biola serta accordion yang mendayu namun  tegas, music pengiring tari sambut sepintu sedulang sangat dekat dengan nuansa music tradisional Bangka Belitung yakni music dambus,unsur pola gendang Bangka anak enduk yang saling bersahutan satu sama lainnya sangat terasa dalam komposisi percusinya yang terdiri dari gendang Bangka,gong,tamborin serta 2 buah kenong, hal itu juga selaras dengan langkah gerak tari sambut sepintu sedulang yang syarat dengan unsur langka gerak tari dincak dambus…..

Penata music tari sambut sepintu sedulang seorang seniman sekaligus juga abdi Negara yang kini duduk di pemerintahan sebagai kepala bagian administrasi sumber daya alam skretariat daerah kabupaten bangka Murmahudi,spdi menjelaskan dalam proses penataan baik tari maupun musiknya, unsur kedaerahan dan kearifan local yang ada di pulau Bangka memang di kedepankan,selain sebagai bentuk penghargaan kepada nenenk moyang terdahulu yang telah mewariskan mahakarya yang luar biasa, hal ini sekaligus bertujuan untuk menyampaikan pesan, nilai-nilai edukasi melalui karya seni tari tersebut, kepada siapa saja khususnya para generasi yang melihat dan menyaksikan maupun yang mempelajari, menarikan serta mementaskan tarian itu, adapun nilai edukasi yang di maksud yakni “tradisi budaya,adat istiadat merupakan cerminan dari masyarakat pemiliknya, untuk itu sewajarnya ia di tempatkan di posisi yang mulia bagi siapa saja yang merasa memilikinya”.

Hal ini sekaligus juga mengingatkan kita semua akan pesan yang di sampaikan oleh bapak pendiri bangsa Indonesia sang Proklamator Soekarno yang dengan tegas mengatakan “Bangsa Indonesia jangan sekali-sekali melupakan sejarah” karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya massa lalu”

Demikian pula yang di harapkan para pelaku sejarah terciptanya tari sambut sepintu sedulang baik penata tari muchtar accros, pencipta lagu parlind hutagalung dan penata music Murmahudi serta budayawan Samsi dan almarhumah Ermanila Hamid bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam mahakarya tari sambut sepintu sedulang tidak lantas di tinggalkan maupun di ubah keasliannya oleh generasi massa kini, melainkan senantiasa di pertahankan dan di jadi kan suatu kebanggaan sebagai salah satu cerminan jati diri karakteristik negeri sepintu sedulang dan negeri serumpun sebalai pada umumnya….


                           cintai negerimu kenali budayamu


                                   

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar






Tari Putri Bekhusek


Kategori: Tarian
Elemen Budaya: Tarian
Provinsi: Sumatera Selatan
Asal Daerah: Sumatera Selatan
Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan.
Tari_Putri_Bekhusek_Sumatera_Selatan.jpg

TARI PUCUK PURUN






Tarian  pucuk  purun  menceritakan  tentang  kesulitan  masyarakat  di  Bangka  untuk  mencari  daun  purun  yang  berada  di rawa-rawa. Masalah  lainnya  adalah  semakin  berkurangnya  rawa-rawa  sebagai  tempat  tumbuhnya  daun  purun. Daun purun  sendiri  adalah  bahan-bahan  baku  untuk  membuat  tikar  tradisional. Tarian  ini  juga  terinspirasi  dari  burug  kedidi yang  hidup  di  rawa-rawa.
Kostum dari tari Pucuk Purun adalah baju  kurung  polos  warna  hijau  terang / mengkilap , celana  kuning  selutut (3/4) , topi  caping.



[Tifa] Tarian Raflesia dan Kepak Layang-Layang

-- Iwan Kurniawan
    

DELAPAN penari perempuan muncul dari sisi kanan panggung yang tak begitu besar. Sambil mendengar ketukan alunan musik Beruji Doll, mereka pun langsung memainkan jemari hingga pinggul yang ramping.

KEMILAU: Para penari yang tergabung dari pemuda dan pemudi Kota
Bengkulu sedang mementaskan Tari Tabot pada acara Kemilau Sumatra VIII
di Kawasan Sport Center, Pantai Panjang, Kota Bengkulu, akhir pekan
lalu. Pada acara tersebut ada pula berbagai tarian tradisi dari
berbagai provinsi se-Sumatra. (MI/Iwan Kurniawan)
Sejenak dua perempuan menarikan beberapa gerakan secara repetitif sambil memegang kipas. Tak lama berselang, empat penari laki-laki pun masuk. Mereka membentuk sebuah lingkaran hingga berbanjar. Ada tautan antara gerakan yang khas.

Nuansa tarian ala Melayu yang penuh dengan unsur irama dan semangat kebangsaan itu terlihat jelas pada pementasan Tari Raflesia Belarak pada acara Kemilau Sumatra di kawasan Sport Center, Pantai Panjang, Kota Bengkulu, pekan lalu.

"Tari ini sudah dikreasikan sehingga penuh dengan unsur Tabot. Ada percampuran antara budaya lokal dan Arab," ujar Yendi Andriansyah, Bujang 2012.

Jika dilihat secara dekat, setiap gerakan Tari Raflesia Belarak memang penuh dengan sebuah cerita. Ada semacam gambaran tentang para petani yang sedang menikmati keindah­an bunga raflesia yang sedang bermekaran di rimba belantara.

Sebuah simbol menunjukkan kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap bunga puspa langka. Itu yang menjadi benang merah yang seakan terungkap pada setiap gerakan para penari yang tergabung dalam kelompok muda-mudi Kota Bengkulu itu.

Dalam tarian tradisi Bengkulu, sedikitnya ada delapan tarian yang biasa dipentaskan pada berbagai kesempatan. Namun, unsur kesakralan sudah tidak diindahkan lagi.

Setiap tarian menjadi semacam suguhan bagi para tamu negara hingga wisatawan yang kebetulan sedang berada di Bumi Raflesia. Beberapa tarian yang khas bisa kita lihat sehari-hari. Sebut saja Tari Tombak Kerbau, Tari Putri Gading Cempaka, Tari Pukek, Tari Andun, Tari Kejei, Tari Penyambutan, Tari Bidadari Menimang Anak, dan Tari Topeng.

Namun, pada Kemilau Sumatra VIII yang berlangsung pada 27-30 September itu, ada penampilan tarian-tarian daerah Bengkulu yang menyita perhatian, semisal Tari Gandai (Muko-muko), Tari Pane Meunen (Bengkulu Tengah), Tari Andun (Bengkulu Selatan), dan Tari Selendang (Kepahiang).

Bukan hanya peserta dari Bengkulu, provinsi se-Sumatra lainnya juga turut hadir, kecuali Sumatra Utara yang tidak mengirimkan perwakilan karena baru saja mengadakan Festival Danau Toba.

Terlepas dari keberagaman tarian yang dipentaskan pada acara itu, ada tarian yang terpaksa tak dipentaskan seperti Tari Pane Meunen karena angin puting beliung memorak-porandakan arena panggung utama.

Budaya Tabot

Selain unsur tarian khas yang dipertunjukan pada ajang tersebut, ada yang menjadi perhatian para pengunjung, yaitu Tari Tabot yang diiringi musik Beruji Doll.

Budaya Tabot merupakan satu kultur unik yang memadukan tradisi lokal dengan Islam Syiah secara kultural. Itu yang selalu ada dalam setiap tarian yang berkembang di Bumi Bengkulu.

"Dalam perkembangannya, ada kreasi-kreasi dari seniman di sini. Tarian ini mengikuti zaman, tanpa menghilangkan akar dan tradisi Melayu di sini," nilai budayawan setempat, Agustianto.

Keberadaan Kemilau Sumatra VIII menjadi penting. Apalagi, ada sebuah upaya dari setiap daerah untuk menjadikan destinasi alam dan budaya lokal sebagai daya tarik wisatawan.

Tak hanya tarian khas Bengkulu yang mendominasi. Kelompok tari Musi Ra­was, Sumatra Selatan, ikut menghadirkan tari kreasi berjudul Kepak Sayap Burung Layang-Layang karya koreografer Hendika Prayitno. Tarian itu memiliki gerakan seperti burung layang-layang yang lincah dan energik. Itu merupakan tarian muda-mudi yang melambangkan persahabatan, kebersamaan, dan semangat gotong royong.

Kemilau Sumatra berhasil mengangkat khazanah budaya lokal. Sayang, masih banyak kelompok tari yang minim konsep dan tidak kompak saat pentas. Jangan sampai ajang budaya itu hanya menjadi proyek bagi para budayawan, seniman, dan pemerintah setempat.

"Kami akan mendukung Bengkulu bisa menjadi destinasi seni dan budaya di tahun kunjungan (visit year) 2014/2015," pungkas Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Bidang Hubungan Antarlembaga Syamsul Lussa. (M-2)
)